tari kuda gepeng

Tari ini berkembang di daerah Banjar Hulu dan juga merambah hingga daerah Banjar Kuala. Dan tari ini sering ditampilkan pada berbagai acara masyarakat sebelum tahun 1960- an.

Penari Kuda Gepang selalu berpasang-pasangan. Dan biasanya, tari ini ditampilkan dalam rangkaian acara perkimpoian masyarakat Banjar, yaitu Bausung Panganten.
Pasangan pengantin akan duduk di pundak dua orang yang bertindak sebagai raja Kuda lumping. Di belakangnya diikuti rombongan Kuda Lumping.

Menariknya, setelah sampai ke tempat mempelai perempuan, rombongan Kuda Gepang ini juga bisa bertindak layaknya sebagai pagar ayu bagi pasangan pengantin yang sedang bersanding di pelaminan. Mereka berbaris untuk membuka jalan pengantin.

Dalam kepercayaan masyarakat Banjar, keturunan dari para penari Kuda Gepang atau penggepangan ini, juga harus menampilkan tari ini pada saat pernikahannya agar rumah tangganya lancar.

Menurut Budayawan Banjar, Drs Mukhlis Maman, Kuda Gepang saat ini sudah sangat jarang ditampilkan pada pesta perkimpoian masyarakat Banjar.

Dia menambahkan, properti yang digunakan untuk penari Kuda Gepang ini lumayan mahal dan makin banyak penarinya, makin mahal pula biayanya.

“Tapi untuk daerah Kandangan dan Rantau, tari ini masih ditampilkan dalam acara pesta perkimpoian masyarakatnya,” ujar pria yang akrab disapa Julak ini.

Sementara menurut Budayawan Kalsel lainnya, Djantera Kawi, menyatakan nilai filosofi yang dapat diambil dari tari Kuda Gepang ini, adalah sikap untuk selalu bekerja keras.

Dia menambahkan, kuda merupakan lambang kekuatan. Selain itu kuda merupakan hewan yang sangat kuat dan memiliki watak bekerja keras, sehingga manusia semestinya memiliki watak tersebut.

“Dalam berumah tangga pengantin harus bekerja keras untuk memenuhi segala keperluan hidupnya,” ujar Djantera.

Tidak Ada Unsur Magic

TARI Kuda Gepang ini sangat mirip dengan salah satu permainan yang ada di pulau Jawa, yakni Kuda Lumping. Namun ada beberapa perbedaan antara tari Kuda Gepang dengan Kuda Lumping.

Salah seorang Budayawan Kalsel, Drs Mukhlis Maman mengatakan ada beberapa perbedaan mendasar antara permainan Kuda Lumping dengan tari Kuda Gepang.

Dia menjelaskan, perbedaan dapat dilihat dari segi cara menggunakan properti, busana yang digunakan, maupun musik penggiringnya.

Jika diperhatikan dengan seksama, properti yang dibuat menyerupai kuda, antara Kuda Lumping dengan Kuda Gepang akan berbeda.

Punggung Kuda Gepang tidak dalam lekukannya, sementara Kuda Lumping lebih dalam. Hal ini berkaitan dengan cara penggunaannya. Kuda Lumping dimainkan dengan cara ditunggangi.

Sementara Kuda Gepang hanya dijepit pada bagian ketiak oleh para penarinya. Kemudian untuk musik penggiringnya, Kuda Gepang selalu diiringi dengan musik gamelan Banjar dan busana yang digunakan adalah pakaian kida-kida.

Selain berbeda propertinya, buasana yang digunakan dan musik penggiringnya, ternyata ada hal yang mendasar, yang menjadi perbedaan antara Kuda Lumping dengan Kuda Gepang.

“Cara menampilkannya, jika Kuda Lumping selalu menampilkan unsur magic, maka Kuda Gepang tidak demikian,” ujar Mukhlis.

Selain itu, lanjutnya, penari Kuda Gepang selalu berperan sebagai seorang penari. Makanya dia tidak seperti pemain Kuda Lumping, yang suka memakan beling dan lain sebagainya.

Posted on 28 Juni 2014, in KALIMANTAN, TARI DAERAH, TARI KUDA GEPENG and tagged , , . Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar